Sesuatu
yang luar biasa untuk menemukan bahwa tidak ada yang tau mengapa orang-orang
mengiginkan sebuah barang. Hal ini penting untuk diketahui mengapa sebuah
permintaan itu kadang-kadang stabil, kadang-kadang juga bisa melambung tinggi
sejalan dengan arus kecepatan inflasi, dan kadang-kadang juga terjadi penurunan
saat orang-orang memilih untuk menyelamatkan daripada menghabiskan sebuah
barang. Para ahli ekonomi pun juga masih berhati-hati untuk menjawab mengenai
mengapa orang-orang mengiginkan sebuah barang, mereka bahkan menghitungnya dengan
sebuah kebajikan untuk tidak menawarkan saran. Hal ini dapat menjawab
pertanyaan tentang respon konsumen terhadap perubahan harga dan pendapatan.
Selama selera dapat diberlakukan untuk diberikan, maka sesuatu tersebut sebagai
faktor utama yang digunakan untuk menjelaskan segala sesuatu yang lain.
Sebenarnya
pertanyaan mengapa orang-orang mengiginkan barang ialah bagaimana seorang
konsumen dalam menggunakan jasa dan barang itu dengan cara tersendiri sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingannya sendiri, akan tetapi, terdapat dua hal yang
sekiranya bisa menjadi asumsi untuk kita bahwa tidak dipungkiri untuk kita sebagai
manusia secara tidak sadar mempunyai apa yang dinamakan kebutuhan fisik dan
spiritual dan “barang” menurut saya merupakan salah satu bagian yang harus
dipenuhi untuk salah satu unsur dari memenuhi kebutuhan secara fisik yang
bentuknya bisa dikatakan berbentuk material. Sebenarnya tidak ada pembenaran
mengenai asumsi tadi bagi para ahli ekonom. Sebuah teori hanya menganggap
individu yang akan bertindak secara rasional untuk memilih secara relevan. Para
ahli ekonom mengatakan bahwa selera yang harus dipilih merupakan sebagai sebuah
sesuatu yang harus diberikan juga, seperti halnya siap dalam menanggapi
penurunan harga untuk membeli jumlah yang besar dan sebaliknya. Untuk saat
sekarang ini objek-objek konsumsi terlihat semakin otonom dari kondisi-kondisi
produksi, kegunaan fungsi, dan makna simbolisnya. Kalau kita perhatikan dari
artikel pada bagian pertama ini terlihat barang konsumen dianggap sebagai
penanda yang sepenuhnya terpisah dari rombongan yang ditandai, sehingga
objek-objek dari sebuah benda itu bebas dari inti nilai yang sebenarnya. Dari
situ saya bisa menilai bahwa barang itu diibaratkan sebuah pesan yang
ditawarkan, diterima ataupun ditolak sehingga barang itu bisa dikatakan sebagai
sebuah penghubung dalam sebuah sistem informasi. Antropologi melihat kondisi
ini mungkin dengan sebuah etnografi yang saat sekarang berjasa lebih untuk
mengsintesiskan ke satu titik peristiwa dari sekian periode yang sudah dilalui
dan periode saat ini juga. Apa pun yang penting tentang masa lalu
yang diasumsikan untuk membuat dikenal dan merasa ada saat berada pada masa
sekarang. Saat ini ide-ide tentang masa depan juga terlihat hadir. Ini
mengasumsikan perspektif atau cara di mana individu memperlakukan masa lalunya
sangat selektif sebagai sumber memvalidasi mitos untuk masa depan sebagai lokus
mimpi untuk panduan dalam bertindak. Dengan cara etnografi, antropologi
menganggap sebuah sistem ekonomi yang tidak berubah. Analisis ekonomi yang
menjelaskan bagaimana sumber daya disalurkan sebagai analisis sistem politik
dan religious untuk bagaimana sistem ekonomi berkelanjutan dapat dipercaya
mengenakan busana untuk memperbandingkan sebuah keadilan.